Beberapa hari yang lalu, publik diramaikan oleh berita tentang Paus Sperma yang mati di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Dinukil dari The Guardian, paus yang nahas itu 'menyimpan' 5.900 gram sampah plastik, termasuk sandal jepit dan 115 gelas plastik, di perutnya.
Selain itu, sebuah penelitian kecil dari Medical University of Vienna, Austria yang melibatkan sampel 8 orang dari 8 negara yang berbeda menunjukkan mikroplastik (potongan yang sangat kecil dari plastik) dalam 'kotoran' mereka.
Di tengah rusaknya lingkungan yang semakin masif, diperlukan peranan manusia untuk turut menjaganya. Daripada berdiam diri membiarkannya, lebih baik ikut berkontribusi demi kepentingan bersama.
Baca juga: Profit Bukan Tanda Sukses Startup?
"Bisa kita lihat parahnya lingkungan kita dan permasalahan plastik yang telah mencemari makanan dan minuman kita sehari-hari. Belum lagi soal penelitian tentang mikroplastik yang ada dalam tubuh manusia. Parah banget. Makanya kita punya ide membuat gelas yang bisa di'makan'," ujar David.
Sebelum resmi berdiri pada April 2016, banyak pihak meragukan ide inovatif ini. "Siapa sih yang mau makan gelas? Buat apa bikin produk ini? Orang Indonesia gak akan ada yang peduli," tiru David. Setelah melakukan penelitian selama 6 bulan, produk pertama yang bernama Ello Jello lahir. "Awalnya terpikir, bagaimana mengedukasi masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda, unik, dan benar-benar bisa menjadi solusi bagi permasalahan yg ada?" tambahnya.
David juga mengatakan, "Di awal, penerimaan dari masyarakat cukup baik karena masyarakat penasaran ingin mencoba gelas yang bisa dimakan. Sampai saat ini, Ello Jello adalah satu-satunya produk gelas di Indonesia yang berasal dari rumput laut dan bisa dimakan. Selain itu, produk kedua kami yang berupa bungkus berbahan dasar rumput laut yang bisa larut dalam air panas dan bisa dimakan merupakan satu-satunya produk yang ada di dunia."
Baca juga: Ingin Produkmu Laku Terus? Coba 16 Ide Ini!
Peluang green business di Indonesia
Semakin rusaknya lingkungan, tren green business atau bisnis yang tidak hanya berorientasi pada profit tapi juga pada dampak sosial dan lingkungan semakin meningkat. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh David, "Sekarang peluangnya masih sulit karena market (khususnya masyarakat Indonesia) harus teredukasi terlebih dahulu tentang pelestarian lingkungan dan bahaya plastik terhadap lingkungan."
"Masyarakat Indonesia, menurut saya, bukan tidak peduli tapi kurang teredukasi. Permasalahan lainnya adalah pengedukasian yang ada terhadap mayarakat sering disampaikan dengan cara yang sulit dimengerti," tambah laki-laki yang pernah mengenyam pendidikan bisnis di Kanada itu.
Baca juga: Teknologi Untuk Meretas Kemiskinan? Bisa!
EvoWare membeli rumput laut langsung dari petani rumput laut yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka tidak melakukan eksploitasi terhadap rumput laut yang ada. Mereka juga tidak hanya membelinya dari petani tersebut, tapi juga mengadakan pelatihan bagi para petani rumput laut agar dapat menghasilkan rumput laut yang berkualitas tinggi.
Tidak hanya berkolaborasi dengan petani rumput laut di Makassar, di Jakarta mereka bermitra dengan Yayasan Prima Unggul, sebuah panti asuhan dan sekolah berbasis wirausaha di daerah Pulo Mas, Jakarta Timur, dalam pembuatan produk dan penjualannya. Selain itu, mereka juga membuka peluang kerjasama bagi pemilik kafe dan restoran yang ingin menggunakan gelas dan bungkus yang ramah lingkungan sebagai pengganti plastik.
"Ke depannya, mungkin peluang bisnis semacam ini sangat besar karena nanti arah tren bisnisnya akan ke sana (fokus terhadap lingkungan yang telah rusak)," kata David. Ia percaya bahwa 5 - 10 tahun ke depan, banyak orang akan menciptakan produk ramah lingkungan. Ia juga optimis usahanya akan terus bertahan karena sudah "mencuri" start terlebih dahulu.
Baca juga: Kolaborasi Bisa Menangkan Kompetisi? Pasti!
Tips ala David Christian
Menurut David, jika ingin memiliki bisnis semacam EvoWare, tidak boleh fokus terhadap profit. "Tujuannya memang bisnis, tapi bisnis yang gak cuma cari uang melainkan juga bisa memberikan impact pada masyarakat. Dengan sendirinya uang akan mengikuti kita. Kita juga tidak akan gampang menyerah kalau produk dan jasa yang kita buat bisa memecahkan masalah yg ada di masyarakat," tambahnya.
Ke depannya, EcoWare ingin menciptakan produk seperti mangkuk berbahan dasar rumput laut. Mereka juga berharap produknya bisa menjangkau lebih banyak masyarakat Indonesia agar beralih dari penggunaan plastik ke produk ramah lingkungan.
Wuiiih, keren, ya? Yuk ikutan!
Baca juga:Jangan Khianati Kepercayaan Konsumen, Simak Tips Ini!