e-Conomy SEA 2018, laporan penelitian oleh Google dan Temasek, menilai ekonomi Internet Asia Tenggara mencapai USD 72 miliar tahun 2018, dua kali lipat dari tahun 2015 yang bernilai USD 32 miliar. Pada 2025, industri ini diperkirakan bernilai USD 240 miliar. Saat ini, 3 pasar Asia Tenggara terbesar adalah Indonesia, Thailand dan Singapura.
"Asia Tenggara memiliki pertumbuhan ekonomi Internet tercepat di dunia - kedua setelah Cina dan Amerika, dan cukup besar untuk menyaingi India," ungkap Rajan Anandan, wakil presiden Google untuk India dan Asia Tenggara, pada acara pers untuk laporan e-Conomy SEA 2018, yang menganalisis ekonomi Internet di 6 negara Asia Tenggara - Indonesia, Malaysia, Singapura , Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Laporan tersebut, berdasarkan penelitian Google dan Temasek, mengkaji ekonomi Internet pada 4 bidang: bisnis transportasi berbasis teknologi, media online (iklan, game, musik berlangganan dan video on demand/ sistem interaktif yang memfasilitasi khalayak untuk mengontrol atau memilih sendiri pilihan program video dan klip yang ingin ditonton), perjalanan online, dan eCommerce.
Baca juga: Peluang Besar Ekonomi Digital di Indonesia
Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi internet terbesar dan tercepat diantara keenam negara tersebut, dengan 150 juta pengguna dan bernilai USD 27 miliar. Pasar terbesar berikutnya adalah Thailand (USD 12 miliar) dan Singapura (USD 10 miliar).
Kontributor untuk pertumbuhan yang sedemikian besar ini adalah meningkatnya jumlah pengguna internet seluler. Untuk kawasan Asia Tenggara, jumlah pengguna internet melonjak dari 90 juta pada tahun 2015 ke 350 juta pengguna tahun 2018. Dari 6 negara yang diteliti, 4 di antaranya merupakan 10 negara teratas di dunia dengan keterlibatan seluler tertinggi: Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Baca juga: Menyongsong Era Ekonomi Digital, Ancaman Atau Peluang?
"Dengan lebih dari 90 persen penduduk Asia Tenggara terhubung ke Internet, terutama melalui ponsel pintar mereka, ini adalah salah satu kawasan Internet pertama yang paling mobile secara global," kata laporan itu. Dan uniknya, telepon adalah pintu gerbang ke Internet untuk "segmen besar penduduk" tanpa akses ke komputer.
Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap hal ini adalah tarif akses data melalui seluler yang lebih murah. Menurut laporan tersebut, biaya 1 GB Internet seluler hanya setengah lebih sedikit dari pendapatan orang Asia Tenggara dalam 4 tahun terakhir.
Baca juga: Potensi Infrastruktur Indonesia dan Strategi Pengembangannya dalam Era Ekonomi Digital
Diantara 6 negara tersebut, pertumbuhan eCommerce di Indonesia adalah yang tertinggi, dengan perkiraan USD 12,2 miliar. Ini dihitung untuk "lebih dari USD 1 dalam setiap USD 2 yang dihabiskan di wilayah ini," sebut laporan itu.
Laporan ini juga menyoroti 3 perusahaan dominan di pasar eCommerce - Lazada, Shopee, dan Tokopedia - yang diperkirakan telah tumbuh kolektif 700% sejak tahun 2015, angka yang jauh di atas sisa pemain yang ada di sektor ini.
Penelusuran melalui Google untuk Lazada, Shopee, dan Tokopedia telah berlipat 4 kali sejak tahun 2015, dan unduhan ketiga aplikasi ini hampir 80% dari semua pemasangan aplikasi eCommerce. Sektor pengiriman pun tumbuh dari 800 ribu per hari pada 2015 menjadi lebih dari 3 juta per hari pada 2018, menurut laporan itu.
Baca juga: Tantangan Besar Ekonomi Digital Indonesia
Ekonomi Internet berkontribusi untuk membuat lebih dari 100 ribu pekerjaan bagi para profesional terlatih dan 500 ribu pekerjaan mitra "penuh waktu yang setara" untuk layanan pengiriman makanan dan perjalanan pada 2018.
"Perusahaan berbasis ekonomi internet mempekerjakan para profesional yang sangat terampil dalam fungsi-fungsi seperti rekayasa perangkat lunak, pemasaran digital, ilmu data, dan pemasaran produk. Mereka mendapatkan gaji 3 - 5 kali lebih tinggi daripada upah rata-rata di negara-negara Asia Tenggara," ujar laporan itu. Tambahannya, "pekerjaan mitra menawarkan upah 20 - 30% lebih tinggi dari peluang pekerjaan alternatif."
Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa jumlah pekerjaan untuk para profesional yang ahli dalam ekonomi Internet akan berlipat ganda menjadi 200 ribu pada tahun 2025, dan jumlah pekerjaan mitra akan meningkat 3 kali lipat dalam waktu yang sama untuk menghadapi pertumbuhan yang diharapkan.
Baca juga: Melalui G20, Indonesia Dorong Transformasi Ekonomi Digital