Menjadi lebih ramah terhadap difabel harus menjadi prioritas bagi para pebisnis di sektor apa pun. Berbagai departemen dalam suatu perusahaan, dari sumber daya manusia hingga IT juga harus membuka jalan bagi difabel. Tahun 2018, Disability Equality Index Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki program inklusif (penyetaraan) antara penyandang disabilitas dengan pekerja normal di lingkungan kerja juga perlu terus mengevaluasi prosesnya agar tercipta lingkungan kerja yang nyaman dan tetap profesional.
Digination.id telah merangkum 4 cara yang bisa kamu lakukan agar bisnismu lebih inklusif tanpa harus membedakan antara difabel dengan yang bukan.
Baca juga: Ini, Lho, Tren Tempat Kerja Digital Modern!
Bedakan keberagaman dan inklusivitas
Menciptakan lingkungan kerja yang inklusif bukan semata-mata hanya sebagai pengakuan saja tapi juga harus direalisasikan dengan baik dan benar. Bisnis yang serius ingin menciptakan inklusivitas dalam lingkungan kerjanya pasti memiliki kebijakan yang mendukung. Misalnya dalam proses perekrutan karyawan, calon karyawan difabel diberikan pendampingan ketika mengikuti wawancara. Selain itu, pemberian kesempatan dan gaji yang sama antara karyawan difabel dan yang bukan, juga diperlukan.
Jangan ada lagi ketimpangan pendapatan
"Bagaimana orang bisa hidup dan membuat keputusan untuk diri mereka sendiri tanpa pekerjaan?" kata Ted Kennedy, Jr., Ketua Dewan Asosiasi Penyandang Disabilitas AS, dilansir dari Forbes. Berdasarkan American Institutes For Research (AIR), semua jenis pekerja memiliki ketimpangan pembayaran. Ketimpangan pendapatan yang terbesar adalah ketimpangan berdasarkan strata pendidikan. Karyawan difabel yang memiliki gelar yang tinggi gajinya lebih kecil hampir USD 21 ribu per tahunnya dibandingkan karyawan bukan difabel dengan gelar pendidikan yang sama.
Baca juga: Teknologi Untuk Meretas Kemiskinan? Bisa!
Berdasarkan survei yang dilakukan Accenture Research tahun 2018, di AS hanya 47% bisnis yang memverifikasi bahwa situs web mereka dapat menunjang kerja screen reader atau perangkat lunak pembaca layar sebagai teknologi bantuan untuk difabel tunanetra. Di AS, mengabaikan aksesibilitas situs web tidak hanya menciptakan penghalang besar bagi orang-orang difabel, tetapi juga termasuk kegiatan melanggar hukum. Dilansir Forbes, Chad Jerdee, General Counsel and Chief Compliance Officer Accenture Research menyayangkan bahwa hanya 2% dari bisnis yang disurvei memiliki komitmen kuat dalam peningkatan aksesibilitas digital.
Terus sebarkan semangat
Kalau ada niat, setiap bisnis pasti memiliki kemampuan untuk menjadi lebih inklusif. Salah satu cara terbaik untuk meyakinkan rekan kerja di berbagai perusahaan tentang fakta itu adalah dengan menyebarkan informasinya. RespectAbility, organisasi nirlaba asal AS yang berkomitmen untuk meningkatkan peluang kerja bagi difabel, bekerjasama dengan berbagai perusahaan di sana untuk mempublikasikan informasi terkini tentang isu-isu difabel di lingkungan kerja. Mereka juga mengadakan webinar bagi para pebisnis yang ingin menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif.
Kalau tidak dimulai dari sekarang, mau kapan?
Baca juga: Semangat Berbagi Memberi Dari Hati