Budaya patriarki sering menempatkan laki-laki dengan tugas dan fungsi di luar rumah, sedangkan perempuan sering dikaitkan dengan tugas-tugas domestik dan mengurus anak. Opini ini pun tidak luput di ranah ekonomi digital. Secara tidak langsung masih terdapat anggapan bahwa teknologi merupakan ranah maskulin yang didominasi laki-laki.
Begitu pula kalau berbicara mengenai perempuan dan eCommerce, kebanyakan orang akan mengasosiasikan kaum hawa hanya sebagai konsumen yang doyan belanja. Padahal menurut Ita Yuliati, CEO Alita Group, secara umum tidak ada perbedaan proporsi aktivitas eCommerce untuk laki laki dan perempuan, disadur dari presentasinya untuk Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Selasa (6/11).
Bukan hanya sebagai konsumen saja, fleksibilitas eCommerce dan teknologi memungkinkan perempuan menjalankan bisnis sepenuhnya di internet. Hal itu terbukti dengan banyaknya pebisnis perempuan yang menggunakan internet sebagai media berjualan, antara lain perawatan kesehatan, perabot rumah tangga, perhiasan, kerajinan tangan, pakaian, kecantikan dan lain sebagainya.
Kecenderungan proporsi perempuan dalam melakukan aktivitas bisnis eCommerce bahkan lebih tinggi dibandingkan laki laki pada masyarakat perkotaan. Penetrasi internet yang tinggi dan budaya bermedia sosial disebut turut mempengaruhi kecenderungan ini.
Baca juga: Bisnis Anyaman Ini Berdayakan Emak-emak Flores
Dengan semakin banyaknya situs belanja online dan marketplace, eCommerce pun menjadi salah satu industri yang membantu wirausaha perempuan terhubung dengan konsumen, pun sebaliknya. Dilansir dari Entrepreneur, Selasa (6/11), ada beberapa faktor yang membuat eCommerce menjadi platform yang menguntungkan bagi wirausaha perempuan. Diantaranya investasi dan modal yang minim, kemudahan bekerja dari daerah terpencil, jangkauan global dan pemberdayaan dari kemandirian finansial.
Selain itu, eCommerce juga menawarkan kelonggaran waktu dan kebebasan jam kerja. Pada umumnya sebagian besar waktu perempuan dihabiskan untuk mengurus anak dan keluarga. Aktivitas bisnis yang mengandalkan perangkat seluler dan akses internet tentu saja membantu perempuan untuk menjalani peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus entrepreneur, biasanya disebut mompreneur.
Menjadi mompreneur tidak lagi menjadi masalah besar selama bisa mengelola tugas dan tanggung jawab di kedua ranah tersebut.
Baca juga: Seperti Apa Batik Eksklusif Ibu-Ibu Pulogebang?
Perempuan perlu akses yang lebih luas
Melihat dampak positif eCommerce terhadap pemberdayaan wirausaha perempuan, tentunya hal ini harus diimbangi dengan keterbukaan akses yang lebih luas. Penyadaran pentingnya pemanfaatan teknologi kepada perempuan di semua lapisan pun harus dilakukan. Pemberdayaan ini harus dilakukan sebagai satu upaya terbentuknya kesetaraan gender di sektor ekonomi digital.
Hal tersebut menurut Ita bisa dilakukan, di antaranya dengan memberi kemudahan akses sumber daya yang terjangkau seperti modal, akses kepada bahan baku maupun pekerjanya, akses kepada marketplace atau kanal digital lainnya. Kemudian akses terhadap data penunjang pengambilan keputusan bisnis, akses terhadap alat bantu bisnis, akses bimbingan dan pendampingan bisnis, serta akses networking dengan para pengusaha lainnya.
Jadi, jangan remehkan the power of emak-emak ya!
Baca juga: Mantab! Nih, Power of Bisnis Emak-Emak