Perkembangan teknologi digital, termasuk di dalam industri keuangan, sudah tak bisa dibendung lagi. Melalui teknologi finansial (fintech), segala bentuk transaksi menjadi lebih cepat, lebih mudah, sekaligus lebih efisien.
Di sektor keuangan pun muncul bentuk platform dana pinjam-meminjam yang mempertemukan para peminjam khususnya UMKM, dengan pemberi pinjaman secara virtual. UMKM saat ini masih banyak yang menghadapi kendala permodalan.
"Mengembangkan bisnis UMKM tak bisa hanya mengandalkan program bantuan pemerintah. Swasta juga harus terlibat karena sektor swasta biasanya memiliki kemampuan manajemen yang lebih bagus," kata Sulistiyanto dalam siaran resmi acara diskusi "Mengembangkan Bisnis UMKM Melalui Fintech" di @america Jakarta, Jumat (15/9).
Jupe Tan, Managing Partner Plug and Play Asia Pacific mengatakan bahwa potensi fintech di Indonesia sangat besar. Saat ini Plug and Play Indonesia sebagai startup accelerator sedang membuka aplikasi untuk angkatan keduanya.
“Saat ini kami mencari startup di berbagai bidang dan startup fintech memang menjadi salah satu fokus kami. Beberapa startup dari angkatan pertama kami juga sudah bertemu dengan OJK dan menjalin kerja sama dengan Sinar Mas," ungkap Jupe.
Senada dengan hal itu, Presiden Direktur Danamas, Dani Liharja menyatakan pelaku fintech harus jeli menangkap peluang. “Kami memang melihat ada dua kebutuhan yang bisa dipertemukan. Di satu sisi, ada orang-orang yang tidak mau uangnya hanya mengendap di bank dan di sisi lain ada orang-orang yang butuh modal untuk mengembangkan usahanya tapi tak punya akses ke lembaga keuangan formal," katanya.
Dani menambahkan, saat ini di seluruh Indonesia ada lebih dari 56 juta UMKM dengan beragam sektor usaha. Melalui fintech peer to peer lending, UMKM akan lebih bisa berkembang usahanya karena mudah dan cepat mendapatkan tambahan modal usaha.