Media sosial saat ini telah berubah menjadi media commerce, sebuah lahan basah bagi pemasar untuk menampilkan iklan. Hal ini disebabkan karena tren yang saat ini terjadi adalah masyarakat lebih sering mengakses media sosial lewat ponsel mereka dibanding menonton televisi. Daya jangkau media sosial telah merambah luas melampaui daya jangkau televisi.
Dalam sesi bertema The Future of Communication on Mobile” di gelaran Social Media Week Jakarta 2017 Rabu kemarin (9/13), Reynold D’Silva Head of Marketing Asia Pasific Facebook memaparkan kebiasaan orang Indonesia mengkonsumsi televisi dikaitkan dengan kebiasaan mereka mengakses media sosial.
Ada tiga kelompok pemirsa televisi di Indonesia, pertama 37% tercatat sebagai light atau no TV viewer, kedua 38% tergolong medium TV viewer, dan sebesar 75% termasuk non heavy viewer yang juga merupakan para pengguna Facebook.
Dunia iklan telah mengalami evolusi dari era ke era. Pada era 1940-an durasi iklan di televisi mencapai 30 menit. Pada 1960-an menjadi 60 detik kemudian menjadi lebih singkat yaitu 30 detik pada tahun 1990-an. Pada era 2000-an durasi iklan televisi menjadi lebih singkat yaitu hanya 15 detik.
Sedangkan iklan di mobile tidak membutuhkan durasi panjang karena rata-rata orang menghabiskan waktu di mobile hanya 1,7 detik. “Ini saatnya pemasar think mobile, karena dengan melakukan iklan di mobile berarti Anda telah melakukan think fast,” ujar D’Silva.
D’Silva mencontohkan iklan Lifebuoy yang melakukan pemotongan durasi iklan tapi berhasil menggaet awareness konsumen lebih banyak. Lifebuoy menciptakan iklan versi mobile berrdurasi sepersekian detik namun secara kreatif mampu memberi kesan pada konsumen dan meningkatkan Ad recall di Facebook dan Instagram sebanyak 11%.