Mencari partner dalam berbisnis merupakan hal penting. Baik partner dalam pengertian sebagai co-founder atau yang bekerja sama dan berkolaborasi (partnership) dengan bisnismu. Alasan mencari partner dalam berbisnis, seperti adagium,"Bisnis tidak bisa berkembang, lho, kalau kamu hanya bekerja sendiri!", terkadang dinilai terlalu normatif. Tetapi, memang demikianlah salah satu tujuan melakukan partnership.
Dalam acara Tech In Asia Conference di Jakarta (24/10), Deri Slyrova, Marketing Manager Zomato Indonesia, menyampaikan kiat-kiat sukses melakukan business partnership dalam pemaparan bertajuk "[Partnership & Collaboration] How to Win Partnership".
Baca juga: Berkolaborasi Kreatif di Era Digital ala BNI
Sebelum melakukan partnership
Perencanaan strategi partnership harus matang karena partnership yang kuat tidak akan terjadi tanpa perencanaan itu. Jangan asal memilih partner karena bisa saja pilihan yang salah dapat menghambat produktivitas bisnismu. Lebih baiknya, perencanaan strategi harus dirinci dalam 5 W + 1 H sebagai berikut:
1. Why? (Mengapa?)
Why merupakan pertanyaan yang sangat mendasar. Sebelum melakukan partnership, kamu harus mengerti mengapa kamu membutuhkannya. Partner bisnismu juga harus mengerti alasannya melakukan partnership denganmu. Selain itu, kamu dan partner bisnismu harus memiliki alasan mengapa partnership harus dilakukan antara kedua belah pihak.
2. Who? (Siapa?)
Who adalah pertanyaan untuk mendefinisikan siapa partner-mu. Kamu harus mengenalinya, demikan juga partner-mu harus mengenalimu. Kamu harus mengenali juga siapa pasar dari partner-mu, apakah partnershipnya dapat menguntungkan atau tidak dan sesuai dengan model dan tujuan bisnismu. Mungkin saja kamu melakukan partnership dengan pihak yang tidak sejalan dan akibatnya akan membuang banyak waktumu.
Selain itu, kamu juga harus mengenali siapa kompetitor dari partner-mu. Tidak mungkin, kan, kamu melakukan partnership dengan kompetitormu sendiri?
Baca juga: 3 Unicorn Indonesia Suntik Dana ke Startup Ini
3. What? (Apa?)
What adalah pertanyaan untuk menjawab keperluan yang akan kamu dapatkan dari partnership. Antara lain, apa yang kamu butuhkan dari partnership, apa masalah yang dimiliki pelanggan dari partner-mu, dan apa yang bisa diselesaikan bersama. Semuanya harus dipertimbangkan oleh kedua belah pihak.
Mempertimbangkan kelemahan apa yang dimiliki partner-mu juga sangat penting. Misalnya, permasalahan birokrasi perizinan yang rumit dapat menghambat produktivitas. Jangan sampai melakukan partnership, malah mengganggu bisnismu sendiri. Selain itu, sediakanlah beberapa alternatif partnership karena terkadang banyak pihak, biasanya perusahaan besar, yang tidak membutuhkan apa yang kamu miliki.
4. When? (Kapan?)
When adalah pertanyaan untuk menentukan kapan partnership akan dilaksanakan sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Apakah 1 bulan lagi, 3 bulan lagi, atau tahun depan, dan seterusnya. Pastikan kamu dan partner-mu saling mengenal satu sama lain dan bisa saling mempertimbangkan kapan waktu partnership yang paling tepat dilaksanakan.
Baca juga: Jamkrindo dan Semen Baturaja Kerjasamakan Penjaminan Suretyship Online
5. Where? (Di mana?)
Hampir sama seperti poin sebelumnya, bedanya adalah where untuk menentukan di mana tempat yang paling tepat dan potensial untuk melakukan partnership.
6. How? (Bagaimana? atau Berapa?)
Poin persiapan terakhir ini harus kamu pahami. Sebelum melakukan partnership, kamu harus mempertimbangkan berapa banyak uang yang akan kamu habiskan dan berapa banyak uang yang akan kamu dapatkan dari hasil partnership tersebut. Jangan sampai mengejar untung malah jadi buntung. Selain itu, kamu juga harus mempertimbangkan bagaimana pasarnya, besar atau tidak, dan bagaimana peluang ke depannya.
Selagi melakukan partnership
Setelah kamu matang dengan strategi partnership-mu dan masuk ke tahap selanjutnya, yaitu memulai partnership. Kamu harus selalu membangun komunikasi, kepercayaan, dan hubungan yang baik dengan partner-mu. Jangan sampai ada kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Dengan demikian, partnership yang dilakukan akan berjalan dengan lancar.
Beberapa hal yang biasa menyebabkan kegagalan dalam partnership antara lain, komitmen yang buruk, kurangnya rasa percaya antara kedua belah pihak, tidak pernah saling mengingatkan dan mengacu pada kontrak partnership.
Baca juga: RI-Singapura Kolaborasi Bangun Pusat Ekonomi Digital