Menjadi pengusaha sejak masih kuliah memang mengagumkan. Saat sebagian mahasiswa sibuk dengan rutinitas kampus dan bersenang-senang, studentpreneur justru tenggelam dengan kesibukannya merintis sebuah startup. Tak mudah menjalankan keduanya, menjadi mahasiswa sekaligus menjadi founder sebuat startup karena sama-sama membutuhkan komitmen. Pertanyaannya, "Apakah studentpreneur harus drop out untuk mengejar bisnis startup yang sedang dirintisnya?"
Beberapa pengusaha sukses drop out dari kampusnya, seperti Bill Gates yang mengatakah bahwa keputusannya untuk drop out merupakan keputusan yang bijak. Tapi apakah benar? Untuk membuktikan stereotip bahwa "hanya mereka yang drop out yang bisa mempunyai perusahaan sukses", coba lihat beberapa pernyataan berikut.
Berikut berbagai keuntungan yang akan kamu dapatkan jika menjadi studentpreneur dan tetap melanjutkan studimu...
Baca juga: Kampus Harus Jadi Pabrik Entrepreneur
Universitas memiliki fasilitas lengkap
Merintis sebuah startup tentunya bukan pekerjaan yang mudah, bahkan kadang bisa membuat stres. Untuk sedikit meringankan beban pikiran, banyak fasilitas yang bisa mendukung dan membuat rileks sejenak kalau kamu memilih tetap di kampus. Fasilitas seperti wifi yang cepat, akses makanan yang mudah, kamar asrama yang nyaman, tempat fitness, dan lain sebagainya bisa membuatmu menghilangkan sejenak beban pikiran. Banyak pengusaha yang baru merintis startup nya drop out dari kampus dan mengatakan, "Saya keluar dari kuliah untuk membangun startup, tapi tak pernah terpikir hidup akan begitu keras jika perekonomian belum stabil."
Kampus punya jaringan alumni
Tidak hanya memberikan berbagai fasilitas, kampus juga membantu para mahasiswanya untuk dapat terhubung dengan alumninya. Jaringan alumni sedikit banyak dapat berpengaruh pada kesuksesan seorang studentpreneur. Jaringan alumni bahkan bisa membantumu mencari mitra-mitra yang menguntungkan atau bahkan menjadi mentor. Seperti yang dikatakan oleh Harvard Business Review bahwa jaringan alumni dapat berubah menjadi jaringan sosial yang mengutungkan. Umumnya kelompok alumi dalam satu jurusan yang sama memiliki minat yang sama, maka tingkat interaksi yang ditimbulkan akan lebih tinggi dan bertahan lama.
Baca juga: Menristekdikti Dorong Kampus Buka Prodi Ekonomi Digital
Teman berbagi
Menjadi founder startup tentu melelahkan secara fisik maupun emosional, tentu akan lebih menyenangkan jika punya teman untuk berbagi kisah. Selain itu teman dapat membantu studentpreneur menyadari bahwa hidup tidak hanya untuk bekerja, butuh istirahat sejenak agar tidak stres dan bersenang-senang bersama teman.
Merintis sebuah startup tentunya bukan suatu hal yang instan fan ini butuh waktu. Dalam menjalankan bisnisnya seorang studentpreneur akan menghabiskan banyak waktu untuk berpergian hingga berminggu-minggu tanpa memikirkan makan atau tertawa bersama teman. Secara mental tentu ini tidak sehat. Bukankah akan jauh lebih baik jika menjalankan bisnis dengan jiwa yang sehat?
Pada akhirnya tentu ada risiko ketika memilih untuk tetap menjalankan studi di bangku kuliah atau bisnis, seperti jam tidur yang singkat setiap hari dan sulitnya mengatur waktu. Keduanya adalah pilihan, tapi bukankah semua keputusan pasti punya risiko?
Kamu pilih yang mana?
Baca juga: Kampus Luar Negeri Boleh Buka Kursus Online di Indonesia