Bagi para founder startup yang sedang berusaha mengembangkan perusahaannya, mengikuti program akselerator atau inkubator menjadi salah satu cara. Penelitian Harvard Business Review 2017 menunjukkan bahwa program akselerator terbukti bisa membantu startup untuk berkembang.
Istilah akselerator dan inkubator masih sering dianggap memiliki makna yang sama, padahal berbeda, lho. Keduanya memang memfasilitasi startup dari mulai tempat kerja, pelatihan bisnis, mentoring serta pendanaan awal (seed funding). Namun ada beberapa perbedaan utama yang harus diperhatikan oleh para founder startup sebelum mendaftar. Apa saja perbedaanya? Yuk kita bahas satu persatu.
Baca juga: Apakah IPO untuk Startup Masih Worth It?
Akselerator
Akselerator bertujuan ''mempercepat'' pertumbuhan perusahaan. Program ini biasanya berjangka waktu tertentu, dari beberapa minggu hingga bulanan. Para founder nantinya akan bekerja dengan mentor untuk membangun bisnis dan mencari solusi permasalahan yang ada. Y Combinator, Techstars, dan Brandery adalah beberapa akselerator yang paling populer di dunia.
Tahap akselerator dimulai dengan seleksi berkas yang ketat. Y Combinator misalnya hanya menerima 2% dari berkas yang diajukan, sementara Techstars hanya memberikan 10 tempat dari sekitar 1.000 berkas yang diterimanya.
Awalnya para stratup terpilih diberikan investasi awal dan akses ke jaringan mentor yang terdiri dari para eksekutif startup, pemodal ventura, ahli bisnis dan investor. Jaringan mentor yang ditawarkan tidak sedikit, Techstars misalnya memiliki raturan mentor dalam program akseleratornya.
Pada akhir program, semua startup akan melakukan presentasi atau demo day yang dihadiri oleh para investor dan media. Pada tahap ini, diharapkan bisnis startup yang dibangun dapat berkembang. "Tujuan akselerator adalah membantu startup mempersingkat waktu membangun bisnis yang biasanya butuh waktu hingga 2 tahun menjadi hanya beberapa bulan saja," kata Mike Bott, General Manager Brandery.
Baca juga: Butuh Modal? Kamu Bisa Pinjam ke Startup
Inkubator
Berbeda dengan akselerator, inkubator membantu "menetaskan" ide-ide seputar konsep, model bisnis hingga pembuatan produk awal. Program inkubator bisa diikuti oleh perusahaan atau bahkan entrepreneur perorangan sekalipun. Jangka waktu yang dibutuhkan biasanya 6 hingga 18 bulan dengan tujuan utama mempersiapkan startup ke fase accelerator atau pendanaan tahap lanjut.
Tidak semua inkubator mengawali programnya dengan seleksi berkas, ada beberapa inkubator yang hanya memilih startup tertentu untuk bisa masuk ke dalam program. Dalam inkubator, startup akan menyempurnakan ide, membangun rencana bisnis, mengidentifikasi masalah dan berjejaring dalam ekosistem startup.
Karakteristik inkubator adalah memiliki co-working space untuk bekerja, mempunyai banyak mentor, dan terhubung dengan komunitas lokal. Contoh inkubator yang terkenal di dunia adalah idealab.
Jika diibaratkan, akselerator adalah rumah kaca bagi bibit-bibit tanaman untuk mendapatkan kondisi yang bagus untuk tumbuh, sedangkan inkubator lebih pada mencocokkan benih berkualitas dengan tanah terbaik untuk bertumbuh. Baik inkubator dan akselerator menawarkan peluang besar membantu startup agar dapat berkembang, tetapi tergantung pilihanmu, dimana kamu harus memulai?
Siap?
Baca juga: Startup, Jangan Buang Waktu untuk Sesuatu yang Nggak Jelas!