Jam tangan bukan hanya soal penunjuk waktu, tapi juga tentang gaya hidup. Benda satu ini telah menjadi aksesoris penting bagi banyak orang. Memakai jam tangan bukan lagi untuk sekadar pengingat waktu, namun juga untuk menunjukkan cita rasa dan pilihan pemakainya. Kebanyakan jam tangan yang beredar di pasaran terbuat dari bahan logam, plastik, dan yang paling terbaru jam tangan dari kayu yang pernah populer di masyarakat. Lalu bagaimana kalau jam tangan terbuat dari semen?
Diawali dari keinginan untuk membuat jam tangan antimainstream, dua sahabat Restu Irwansyah Setiawan dan Edo Fernando berhasil menciptakan jam tangan unik dari semen. “Jauh sebelum menemukan ide jam tangan dari semen, kami sempat membuat jam tangan dari kayu 5-6 tahun lalu. Namun yang membuat jam tangan dari kayu waktu itu sudah banyak. Akhirnya kami memutuskan berhenti dan tak melanjutkan membuat jam tangan selama 2 tahun,” tutur Restu dalam wawancara dengan Digination.id.
Ide membuat jam tangan dari semen tercetus saat salah satu teman mereka ingin membeli jam tangan unik untuk hadiah istrinya. Dari hasil ngobrol ngalor-ngidul, mereka memutuskan untuk membuat jam tangan dari semen. “Dari situlah semua berubah dan kami memulai perjalanan bisnis kami, di mana kami coba untuk memfoto dan meng-upload ke media sosial dan sedikit-sedikit mendapat apresiasi,” lanjut Restu.
Restu dan Edo menjual jam tangan semen hasil karya mereka dengan merek Lakanua. Pemilihan nama Lakanua sendiri diambil dari kata laka, nama motif tenun Sumatera yang juga memiliki arti teman. Sedangkan kata nua berasal dari kata tua yang bisa diartikan sebagai proses. Nama Lakanua dimaknai sebagai persahabatan yang langgeng.
Tapi membuat jam tangan dari bahan yang tak lazim bukannya tak ada kendala. Di awal percobaan, Restu dan Edo sering mengalami kegagalan. Awalnya frame jam tangan yang mereka buat mudah retak dan pecah. Keduanya mengaku sempat pusing, tapi mereka terus bereksperimen kurang lebih selama 2-3 tahun hingga berhasil menemukan formula yang pas.
Saat ditanya apa kendala membuat jam tangan berbahan semen, Restu mengaku bahwa bagian tersulit adalah membuat bagian-bagian yang sangat kecil dan tipis. “Semua part yang dicetak menggunakan semen adalah bagian tersulit karena sangat kecil untuk kategori sistem cetak material. Bagian tertipis yang kami cetak adalah 1–2 milimeter,” jelasnya.
Lakanua memiliki dua jenis produk jam yaitu bentuk geotrik dan cirka. Selain jam tangan, Restu dan Edo juga memproduksi jam meja yang terbuat dari semen. Produksi jam tangan semen Lakanua mencapai 30 sampai 50 buah per bulan. Hebatnya, mereka mengerjakan setiap jam tangan dengan tangan mereka sendiri alias handmade tanpa bantuan karyawan. Harga yang dibanderol untuk setiap jam tangan Lakanua mulai Rp. 835.000 sampai Rp.960.000.
Andalkan Pemasaran Online
Selama ini Restu dan Edo masih menggunakan pemasaran online yaitu melalui Instagram @lakanua dan Facebook. Menurut Restu, Lakanua sangat memanfaatkan saluran digital sebagai tempat memamerkan dan mengenalkan produk. “Kami sedang belajar untuk dapat memaksimal semua fungsi pemasaran secara digital,” ungkap Restu lagi.
Hasil karya Restu dan Edo yang unik, kreatif dan antimainstream tersebut mendapatkan banyak apresiasi. Selain kenaikan jumlah pelanggan yang terus meningkat, Lakanua berhasil meraih penghargaan sebagai creativepreneur di ajang Top 20 The Big Start Indonesia Season 2 yang diadakan oleh Blibli.com. Lakanua juga berhasil menjadi pemenang kedua dalam gelaran Inacraft (Indonesia Handicraft) Award 2018 untuk kategori Other Natural Materials.
Siapa sangka material semen yang biasa dipakai untuk membangun rumah bisa disulap menjadi jam tangan kekinian. Unik dan kreatif banget kan?