Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan potensial tumbuhnya e-commerce. Namun, tidak berimbangnya sektor logistik dengan pertumbuhan e-commerce menjadi hambatan utama. Infrastruktur yang tidak memadai, proses pabean yang ketinggalan jaman dan lanskap yang begitu luas menambah runyam keadaan.
Indonesia misalnya, adalah pasar internet terbesar di Asia Tenggara dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri e-commerce. Masalahnya, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri lebih dari 17.000 pulau. Pengiriman barang ke pelosok terpencil nun jauh disana, terkadang bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu. Akibatnya pelanggan frustasi dan berfikir ulang untuk membeli lagi.
Hal yang sama terjadi di Filipina, yang memiliki lebih dari 7.000 pulau. Negara seperti Thailand mungkin secara geografis lebih memungkinkan tetapi bukan tanpa tantangan. Negara Gajah Putih ini menjadi negara nomor 2 di dunia dengan tingkat kecelakaan tertinggi di dunia, dibawah Libya.
Baca juga: Bisnis Logistikmu Pasti Kinclong Karena 5 Hal ini...
Menambah armada pengiriman dan memperkerjakan lebih banyak orang tidak memecahkan masalah. Dalam industri logistik, ada masalah seperti pencurian bahan bakar, pelanggaran aturan keselamatan dan pengendara yang tidak pandai dalam berkendara. Semua permasalahan ini memerlukan biaya inheren pada operator armada, yang biasanya diteruskan kepada end consumer dalam bentuk ongkos kirim.
Drvr, salah satu perusahaan yang berbasis di Thailand, mencoba mengatasi tantangan ini dengan menggunakan telematika. Telematika memungkinkan perangkat untuk mengirim dan menerima informasi dari jarak jauh, melacak kinerja kendaraan dan perilaku pengemudi, mengatur jadwal berhenti dan sebagainya. Drvr memasang sensor di dalam kendaraan untuk membantu manajer melacak armada dan juga menyediakan platform SaaS yang menampilkan keseluruhan informasi di dasbor.
CEO dan Co-Founder Drvr, David Henderson berasal dari Seychelles di Afrika dan pertama kali pindah ke Thailand tahun 2014, setelah bekerja di sebuah perusahaan telematika di Australia. Tantangan untuk memecahkan masalah ini adalah motivasi utamanya. Semula ide ini ia berikan kepada perusahaan tempat dia bekerja sebelumnya, tetapi mereka tidak ingin mengambil risiko. Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dan membuatnya sendiri di Asia.
Baca juga: Bagaimana Bisnis Logistik Masa Depan?
"Produk yang kami miliki 2 tahun lalu hanyalah sebuah produk pelacakan GPS," tutur David yang dilansir melalui ecommerceIQ. "Kami sudah siap sebagai perusahaan dan memiliki salah satu platform armada dengan IoT tercanggih di dunia saat ini."
Mantan General Manager Intelematics Austalia ini menjelaskan bahwa targetnya bukan hanya sektor logistik, tetapi setiap bisnis yang memiliki dan mengoperasikan armada kendaraan besar. Bisnis semacam ini perlu memperhatikan kondisi kendaraan yang prima guna memastikan pengemudi dan staf pendukung lainnya tetap aman.
Drvr hadir untuk membuat operator armada beroperasi secara efisien dengan menawarkan platform analitik prediktif. Versi driver, aplikasi menggabungkan elemen gamification yang dapat membantu driver memahami dan mengikuti aturan. Akan ada bonus berupa uang tunai atau performance review, jika driver mematuhi standar tertentu seperti berkendara dengan kecepatan rata-rata atau beristirahat sesuai jadwal.
Baca juga: Industri Logistik Untuk Ekonomi Digital
"Salah satu contoh adalah kasus pencurian bahan bakar. Pencurian BBM merupakan masalah besar, tidak hanya di Thailand tetapi juga seluruh dunia. Bentuknya bisa saja berbeda di setiap wilayah, kasus di Thailand memiliki kecenderungan dilakukan dengan menyedot tangki bahan bakar. Tetapi di Australia, orang cenderung menipu membeli bahan bakar dengan mengisi mobil mereka sendiri dengan kartu kredit perusahaan. Kami dapat mendeteksi skenario ini dan mencegah agar tidak terjadi," kata David.
Pria lulusan Monash University ini tidak mengungkapkan berapa banyak pelanggan yang dia miliki tetapi ia mengklaim telah menghasilkan laba. Startup berbasis di Thailand ini pasar terbesarnya adalah Myanmar jika dilihat dalam segi volume. Indonesia dan Filipina akan menjadi prioritas selanjutnya.
"Kami melihat Indonesia sebagai pasar penting di Asia Tenggara. Secara volume, Indonesia adalah negara dengan potensi besar. Margin sedikit rendah memang, tetapi ada peluang besar disana. Pada saat yang sama sangat sulit untuk mendapatkan pijakan dimana kami pernah gagal beberapa kali karena kesulitan menemukan mitra lokal yang kompeten. Jika berhasil sampai Indonesia, hal itu merupakan pencapaian besar," ujarnya.
Baca juga: Integrasi Untuk Efisiensi Sistem Logistik
Tren apa yang harus diperhatikan?
Perusahaan analisis armada bukanlah teknologi yang baru, sebelumnya sudah ada beberapa perusahaan seperti Cartack dan Coolasia. Bedanya, Drvr menawarkan platform yang lebih canggih.
Truk Mercedes Benz, salah satu klien utamanya telah mengirimkan semua kendaraan ke Myanmar dengan sensor Drvr yang sudah terpasang. Hal ini memberikan nilai lebih bagi mobil tersebut dibandingkan yang lain. Di sisi lain, Drvr membantu memfasilitasi pertumbuhan model kendaraan 'sewaan', dimana pemilik armada lebih memilih untuk menyewa kendaraan dari produsen dibandingkan dengan membeli langsung karena harganya yang akan terus turun.
Hal ini sudah terjadi di pasar seperti Austalia yang sudah mewajibkan adanya analisis sehingga para pemain manufaktur tahu cara menetapkan tarif dalam hitungan jam atau dalam skala per bulan. Analis perlu memahami biaya secara khusus dan melakukannya dengan hati-hati, memantau kendaraan yang ada untuk mencari tahu kapan dapat dianalisa yang meliputi berapa biaya bahan bakar dan analisis prediktif lainnya. Drvr mengklaim sensor dan analistik akan membantu mereka mambangun model keuangan.
Baca juga: Efisiensi Sistem Pengiriman Barang, Tugas Baru Startup Logistik di Indonesia
IoT Sampai ke Asia?
Sebagian orang mungkin akan memandang rendah kendaraan komersial berteknologi tinggi yang ada di Asia, mengingat betapa murahnya biaya tenaga kerja. Tapi David tidak percaya itu.
"Jika bekerja di e-commerce atau logistik, pelanggan berharap barang akan dikirimkan pada hari yang sama atau secepat mungkin. Untuk membuat harapan tersebut menjadi nyata, kamu tentu melarang driver tidur di tepi jalan atau bahkan mencuri bahan bakar. Hal tersebut akan menghancurkan brand dan juga persepsi tentang layanan yang kamu miliki," ungkapnya.
Jadi, kapan ada di Indonesia, ya?
Baca juga: Pebisnis Jangan Cuma Sibuk Urusan Logistik