Salah satu kunci membangun ketahanan ekonomi negeri adalah produk-produk yang dihasilkan secara lokal. Selama ini Indonesia selalu dijadikan tujuan pasar produk impor mengingat jumlah penduduknya yang banyak dan potensial. Padahal produk local makers Indonesia sendiri tidak kalah bersaing dan kreatif, namun masih kesulitan menguasai pasar.
Di era digital ini, perkembangan teknologi sesungguhnya memberikan kemudahan dalam pemasaran bagi produk lokal. Namun, data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebutkan, dari keseluruhan produk yang dijual di pasar online hanya 6-7% yang merupakan kontribusi produk lokal. Sebagian besar produk yang listing di online marketplace di Indonesia merupakan produk impor.
Untuk menjawab hal ini Digination.id menghadirkan kembali #DigitalksID, kali ini yang ke-4, dengan tema Go Local Makers dengan mengundang Didi Diarsa, Co-Founder Kayuh Wooden Bike, Ricky Joseph Pesik, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan Andi Achmad,
Product Development Manager of E-Banking Division BNI. Acara ini diadakan di 'Social Room' Menara BNI Pejompongan, Sabtu (1/9).
Baca juga: Startup Lokal di Panggung Global, Bukalapak Nomor 26
Ricky Joseph Pesik menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara dengan potensi ekonomi kreatif yang sangat besar dan merupakan negara nomor 1 terkreatif di dunia. Bahkan sektor ekonomi kreatif menyumbangkan PDB (Produk Domestik Bruto-red) paling besar.
"Peluang mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia sangat besar. Dari 17.000 pulau di seluruh Indonesia, banyak sekali peluang yang bisa dieksplor. Tinggal bagaimana kita buat strategi baru untuk bersaing di dunia internasional," ungkapnya.
Didi Diarsa, Co-Founder Kayuh Wooden Bike setuju dengan hal tersebut bahwa makers di Indonesia sangat banyak dan potensial, namun tidak sedikit juga yang menyerah ditengah jalan. Dalam paparannya Didi Diarsa menemukan Kayuh membutuhkan waktu 6-7 bulan penelitian yang menguras energi.
Baca juga: Jangan Remehkan Bisnis Lokal
"Butuh 6-7 bulan, untuk saya menemukan teknologi Kayuh ini. Sementara Thomas Alva Edison dalam menemukan lampu butuh percobaan 999 kali gagal, sementara generasi millennial sekarang baru 1, 2 kali gagal sudah menyerah," katanya.
Lebih lanjut Didi menyatakan bahwa para makers perlu dukungan dan kerjasama dengan pemerintah untuk memberikan insentif dan kemudahan regulasi dalam pemasaran produk lokal ke luar negeri. Memperkenalkan dunia bahwa Indonesia memiliki industri kreatif yang luar biasa.
Andi Achmad menambahkan bahwa penting untuk berkolaborasi dengan sektor dan institusi lain dimana BNI pun melakukan hal yang sama. Dalam menghadapi gempuran fintech, BNI beradaptasi dengan melakukan kolaborasi dengan fintech pesaingnya.
"Kami membagikan ilmu secara multiplayer, satu ilmu dibagi tak akan pernah habis. Kita mau berbagi ilmu dan tidak mau berkompetisi, " pungkasnya.
Baca juga: BNI Dukung Digital Payment UMKM Melalui Yap!
Kolaborasi antar sektor merupakan kunci kesuksesan produk lokal di era digital ini. Sebagai makers, kita tidak boleh bergantung pada pemerintah. Berkolaborasilah, dan kamu pasti bisa melakukannya.
Ok?
Tulisan ini hasil kerjasama antara BNI dengan Digination.Id