Tren travelling ke luar negeri selama beberapa tahun belakangan kian meningkat, khususnya di kalangan milenial. Bepergian ke berbagai negara di Asia Tenggara sampai Eropa kini bukan lagi kemewahan dan hanya bisa dinikmati kalangan tertentu saja. Riset global yang dikeluarkan oleh World Travel and Tourism Council tahun 2018 menyebutkan, Asia kini menjadi benua dengan pertumbuhan sektor Travel dan Tourism tercepat dibanding negara-negara lainnya. Dalam riset ini disebutkan Indonesia termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan traveller tercepat (7,7%).
Beberapa faktor yang mendukung meluasnya mobilitas traveller ke berbagai negara adalah semakin rendahnya hambatan bepergian (travel barriers) seperti proses pembuatan paspor dan perizinan visa yang makin mudah. Selain itu makin banyaknya pilihan penerbangan internasional dengan biaya terjangkau dan rute-rute penerbangan langsung yang banyak dibuka setiap tahunnya merupakan faktor lainnya. Peningkatan disposable income kelas menengah dan tren sharing cost juga ternyata cukup memberikan pengaruh pada gaya travelling masyarakat khususnya generasi milenial saat ini.
Ceruk bisnis pariwisata luar negeri sampai saat ini masih menjadi daya tarik tersendiri. Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi memprediksi pada tahun 2018 ini, tren wisata ke luar negeri akan semakin naik. Selama tahun 2016 jumlah warga negara Indonesia yang ke luar negeri mencapai 8,4 juta orang dan melonjak di tahun 2017 mencapai 9,1 juta orang.
Baca juga: Travel Startup, Cari Peluang Sekaligus Beri Manfaat
Kenaikan jumlah wisatawan asal Indonesia ini juga semakin dipermudah dengan maraknya eksibisi wisata yang digelar oleh beragam maskapai ataupun perusahaan travel di Indonesia. Sebut saja maskapai Garuda Indonesia yang rutin menggelar Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) dengan target pengunjung 80.000 orang dan total transaksi ratusan miliar di setiap fasenya.
Ladang Subur Startup Pariwisata
Dampak peningkatan perjalanan ke luar negeri tidak hanya dirasakan oleh industri yang berkaitan langsung tetapi juga bagi bisnis-bisnis industri pendukung lainnya. Menyasar karakter generasi milenial yang tech savvy dan gemar memilih pengalaman (live experience) ketimbang materi, kini semakin banyak bermunculan penyedia jasa yang menopang kebutuhan traveller di luar negeri. Misalnya saja untuk urusan akomodasi, transportasi, tiket atraksi dan wahana, paket tur privat dan terbuka, sampai jasa dokumentasi dan penyewaan modem internet untuk menopang konektivitas.
Managing Partner Ideosource Venture Capital, Edward Ismawan Chamdani menilai pertumbuhan bisnis travelling memberikan angin segar bagi pengusaha startup di Indonesia. “Dari perspektif investor, kondisi seperti ini berpeluang untuk menumbuhkan bisnis-bisnis pendukung trend travelling ke luar negeri. Namun yang perlu diperhatikan bagi pelaku startup adalah, mereka perlu kreatif dalam memilih segmen. Jangan sampai keliru dan justru malah berhadapan dengan pemain horizontal atau consumer apps travel yang sudah besar,” tutur Edward.
Edward menambahkan, tren bisnis startup yang fokus pada kebutuhan travel ini sangat menjanjikan.”Khususnya jika dilihat dari kalangan milenial yang menjadikan travelling sebagai lifestyle, tentunya akan membuat ceruk pasar travel makin besar. Secara kompetisi, kolaborasi juga bisa menjadi pilihan bagi pelaku startup. Pemain horizontal dengan layanan paling lengkap bisa berkolaborasi dengan pemain niche agar tercipta layanan one-stop transaction portal. Inisiatif yang kreatif semacam ini sangat menarik, terutama bagi para investor,” sambung Edward.
Baca juga: 3 Tips “Ramah Lokal” untuk Travel Startup
Studi dari World Economic Forum menunjukkan bahwa konektivitas merupakan salah satu kebutuhan primer generasi milenial dalam bepergian ke luar negeri. Selain untuk kebutuhan dasar komunikasi, kebutuhan untuk sharing informasi lokasi dan penggunaan media sosial menjadi alasan mengapa konektvitas berbasis internet menjadi penting.
Salah satu cara termudah untuk mengakses internet di luar negeri adalah dengan membeli kartu SIM di negara masing-masing atau membeli paket data roaming dari negara asal. Namun, tingginya biaya di kedua opsi ini kerap menjadi penghambat para traveller untuk tetap up-to-date dengan lingkungannya.
Menjawab hal itu, salah satu perusahaan teknologi penyedia jasa sewa modem wifi, Passpod mencoba menghadirkan solusi lengkap bagi calon traveller di beberapa negara yang menjadi destinasi favorit, seperti Singapura, Malaysia, Bangkok, dan Hong Kong.
Hiro Whardana, Chief Excecutive Officer (CEO) Passpod menyatakan, traveller milenial kerap mengandalkan banyak sumber untuk menentukan layanan, jasa transportasi dan lokasi-lokasi yang ingin mereka kunjungi di suatu negara. “Terlalu banyak informasi dampaknya justru akan membuat dan kehilangan waktu saat travelling,” tutur Hiro
Maraknya bisnis travelling ke luar negeri diyakini Hiro juga berdampak positif bagi bisnis Passpod. “Semakin tech savvy dan terkoneksi seseorang maka kebutuhan untuk berkomunikasi secara real time lewat beragam media juga menjadi penting bagi mereka. Passpod menawarkan biaya internet yang sangat terjangkau dengan sistem rental yang juga mudah dengan tiga opsi pengambilan produk, kurir antar jemput gratis, dan pengambilan mandiri di store atau di bandara yang bermitra dengan Passpod,” tutup Hiro.
Baca juga: 6 Jurus Jitu Mengembangkan Travel Startup