Seringkali entrepreneurship dimaknai secara sempit sehingga pembelajaran mengenainya di institusi pendidikan menjadi kurang tepat. Entrepreneurship biasanya diajarkan hanya sebatas bagaimana menjadi pengusaha sehingga lupa esensinya. Dr. Riant Nugroho, Direktur Institute for Policy Reform dalam esainya yang berjudul Tantangan Pendidikan Terkini: Membangun “Entrepreneur”, menuliskan 3 cara efektif untuk mengajarkan entrepreneurship di sekolah:
Entrepreneurship Sebagai Nilai
Riant Nugroho menyatakan bahwa entrepreneurship bukanlah pengetahuan tentang pengusaha dan menjadi pengusaha, juga bukanlah sebuah cara untuk menjadi pengusaha dan mendirikan usaha. Akan tetapi, entrepreneuship adalah sebuah nilai untuk menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Selama para pengajar menjadi sosok yang ditakuti di ruang kelas dan tidak terbuka terhadap pertanyaan dan ide-ide yang out of the box, maka nilai ini yang menjadi substansi dari entrepreneurship akan hilang. Oleh karena itu, diperlukan ruang kelas yang sangat terbuka untuk berdiskusi tentang hal-hal baru. Kamu bisa lihat Menghadapi Masa Depan,Berikut 3 Sekolah Khusus Enterpreneurship di Indonesia
Tiga Macam Entrepreneur
Biasanya, masyarakat hanya memahami dan diajarkan bahwa hanya ada dua jenis entrepreneurship, pertama trader = just selling, seperti orang yang mengambil sebuah produk dari produsen dan kemudian menjualnya kepada konsumen. Mereka mendapat keuntungan hanya dari selisih harga jual dan beli. Contohnya, pedagang sayur dan buah di pasar tradisional dan pedagang warung kelontong. Riant Nugroho menyebut jenis ini bukan entrepreneur melainkan pre-entrepreneur.
Kedua, entrepreneur = value added, seperti orang yang tidak hanya membeli sebuah barang dan menjualnya kembali tapi memberikan nilai tambah yang membuat harga jualnya meningkat beberapa kali lipat daripada harga asalnya. Contohnya, pedagang bakso yang sebelumnya membeli bahan-bahan untuk diolah menjadi bakso.
Terakhir yang jarang dipahami oleh masyarakat adalah real entrepreneur = value creator. Mereka adalah orang yang mendapatkan keuntungan dari hasil inovasinya yang diapresiasi dan menjadi solusi baru bagi kehidupan masyarakat luas. Contohnya, Bill Gates penemu Microsoft dan Steve Jobs penemu Apple yang berhasil menggabungkan fungsi komputer, telepon genggam, buku, kamera, dan gawai lain menggunakan bantuan teknologi.
Ada juga: Nadiem Makarim: Anak Muda Harus Berani Gagal
Entrepreneurship Sebagai Konsep Berjenjang
Beberapa jenjang untuk memahami entrepreneurship sebagai satu kesatuan konsep sering kali dilupakan. Riant Nugroho memaparkan lima jenjang untuk satu kesatuan konsep tersebut. Pertama, kegiatan (Activity), adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan usaha. Ini merupakan pemahaman paling umum yang sudah diketahui oleh banyak orang dan seringkali disalahartikan sebagai satu-satunya makna mengenai entrepreneurship dan entrepreneur.
Kedua ketrampilan (Skill), adalah makna yang lebih dalam daripada sekedar kegiatan, yaitu menggunakan ketrampilannya untuk terjun dalam dunia entrepreneurship. Ketiga, profesi (Profession), adalah pemahaman bahwa beberapa dari mereka harus dipahami bukan hanya sebagai pemilik usaha saja tapi juga sebagai pengelola usaha profesional.
Keempat, orientasi (Orientation), adalah pemahaman bahwa entrepreneurship merupakan orientasi atau cara pandang. Berorientasi kepada peluang yang juga memberikan manfaat kebaikan kepada masyarakat luas. Kelima, nilai (Values), merupakan bagian terpenting—sama seperti pada nomor satu—adalah pemahaman bahwa entrepreneuship adalah sebuah nilai. Nilai yang harus selalu terus diperjuangkan dan dikembangkan bukan hanya sesuatu yang dipertahankan ketika dianggap sudah jadi.
Nah, Kamu sudah siap memulainya?
Jangan kelewat baca: 3 Modal Utama Jadi Digipreneur