Momen lebaran merupakan hal yang paling ditunggu oleh berbagai macam industri, karena permintaan barang kebutuhan pokok meningkat sangat tajam pada saat mendekati momen tersebut.
Tak terkecuali pada industri makanan dan minuman, momentum ini diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan industri yang selama ini rata-rata telah berada di kisaran angka 7 persen.
Berdasarkan data yang disampaikan Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto, pertumbuhan industri tersebut bahkan telah mencapai angka 12,7 persen pada triwulan pertama 2018.
Dengan tingginya prosentase tingkat pertumbuhan tersebut, industri makanan dan minuman telah berkontribusi hingga sekitar 35,4 persen terhadap industri pengolahan non-migas.
Melihat kondisi ini, pemerintah cukup optimis pertumbuhan industri makanan dan minuman akan terus meningkat secara positif sepanjang tahun 2018 ini.
Baca Juga:
Revitalisasi Litbang Dan Pusat Inovasi Penopang Industri 4.0
Namun, untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya sinergi antara pemerintah dengan pemangku kepentingan di dalam mengembangkan industri ini.
Sinergi ini harus dilaksanakan pada berbagai macam program dan kegiatan, dari mulai kemudahan dalam mengakses bahan baku, sistem logistik dan distribusi, serta kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menciptakan inovasi.
Menurut Panggah, upaya peningkatan tingkat pertumbuhan industri makanan dan minuman merupakan salah satu langkah mendukung penerapan revolusi industri keempat.
Meskipun demikian, melonjaknya permintaan kebutuhan pokok juga perlu diantisipasi. Tidak cukup hanya menyiapkan ketersediaan stok barang di pasar, tetapi perlu juga dilakukan pendistribusian yang tepat sasaran.
Salah satunya seperti upaya Kementerian Perindustrian memastikan pendistribusian barang kebutuhan pokok kepada masyarakat melalui Bazar Lebaran, yang diikuti oleh 100 perusahaan baik skala besar maupun industri kecil dan menengah (IKM).