Indonesia telah menetapkan lima sektor manufaktur yang menjadi prioritasnya melalui roadmap Making Indonesia 4.0, termasuk di dalamnya yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, dan kimia.
Lima sektor prioritas tersebut diharapkan dapat menjadi sektor percontohan dalam implementasi revolusi industri keempat di Indonesia.
Kelima sektor prioritas tersebut sebenarnya merupakan sektor industri yang sudah cukup berpengaruh bagi perekonomian di Indonesia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, ”Selama ini, dari lima sektor industri itu mampu memberikan kontribusi sebesar 60 persen untuk PDB, kemudian menyumbang 65 persen terhadap total ekspor, dan 60 persen tenaga kerja industri ada di lima sektor tersebut.”
Dengan penetapan lima sektor tersebut sebagai prioritas di Making Indonesia 4.0, diharapkan pertumbuhannya dapat mendongkrak perkembangan ekonomi nasional di masa mendatang.
Tidak hanya dari aspek PDB yang diharapkan meningkat 1 hingga 2 persen, tetapi juga peluang kerja diharapkan meningkat hingga 30% dan kontribusi industri dapat mencapai 25%.
Dalam upaya tersebut, Kementerian Perindustrian diwakili oleh Airlangga menyatakan akan terus fokus membangun daya saing di kelima industri tersebut.
Termasuk di dalamnya, Airlangga menyebutkan, melalui beberapa langkah strategis yang sedang diupayakan oleh pemerintah.
Baca Juga:
Industri 4.0, Ini 5 Sektor Prioritasnya
Salah satunya, Kementerian Perindustrian telah mengusulkan pengurangan penghasilan kena pajak di atas 100% atau super deductible tax.
Kementerian juga telah melakukan investor roadshow, untuk menarik penanam modal sekaligus melakukan transfer teknologi.
Pendidikan dan vokasi juga telah menjadi fokus utama pemerintah dalam upaya menyiapkan SDM yang berkualitas dan berkompeten sesuai kebutuhan industri saat ini.
Selain itu, masih banyak langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mendorong kelima sektor industri untuk memberikan dampak besar bagi perkembangan ekonomi digital.
“Jadi, secara langsung revolusi industri 4.0 akan merevitalisasi industri, mampu meningkatkan ekspor dan keuangan negara, membangun ekonomi nasional yang kokoh, serta membuka pasar tenaga kerja yang lebih besar,” jelas Airlangga.
Di triwulan pertama tahun 2018 ini, industri non migas telah mengalami peningkatan dari 4,80% pada tahun 2017 menjadi 5,03%.
Industri mesin dan perlengkapan mengalami pertumbuhan paling besar dengan nilai 14,98%, diikuti oleh industri makanan dan minuman sebesar 12,70 persen, industri logam dasar sebesar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian sebesar 7,53 persen, serta industri alat angkutan sebesar 6,33 persen.