Perkembangan teknologi digital dan menjamurnya marketplace turut mewadahi kebutuhan perempuan untuk tampil fashionable. Hal ini pula yang dibidik salah satu pemain marketplace fashion di dunia digital, Tinkerlust.
Sayangnya di balik kemudahan berbelanja zaman now, Chief Executive Office (CEO) Tinkerlust, Samira Shihab mengatakan, timbul masalah baru, yaitu timbunan limbah fesyen alias barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi.
Menurut Samira, akan lebih baik apabila tumpukan barang dijual kembali. Langkah tersebut selain mengurangi limbah fesyen juga bisa dipakai sebagai trik berhemat bagi yang gemar belanja (shopaholic).
Baca juga: Bagaimana Tranformasi Digital Telah Mengubah Industri Fashion
“Kita mau mengedukasi pembeli kita juga sebagai smart shopper. Banyak di Indonesia yang konsumtif dan sering belanja tapi akhirnya gak terpakai, akhirnya gak tahu mau diapain. Dengan adanya Tinkerlust kita membantu perempuan menjual lagi. Gak perlu khawatir karena pembelinya juga banyak yang mencari barang berkualitas bagus,” kata Samira saat ditemui di acara GDP Power Lunch di Jakarta, Selasa (17/4/2018).
Didirikan sejak 2016, startup Tinkerlust ingin memberikan kemudahan bagi penggunanya baik untuk menjual maupun membeli produk fesyen branded bekas (preloved) berkualitas berupa pakaian, tas, sepatu, aksesoris hingga perlengkapan make up. Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkan barang branded yang biasanya mahal dengan harga yang lebih ramah di kantong.
Meskipun bukan platform satu-satunya yang menawarkan penjualan barang preloved, Tinkerlust menawarkan konsep dan servis berbeda untuk para seller-nya.
“Perbedaan Tinkerlust dengan marketplace besar lainnya seperti Tokopedia dan Bukalapak adalah kami menawarkan servis dari awal hingga akhir untuk para penjual. Mulai dari penjemputan barang yang akan dijual, mengkurasi barang, melakukan pengecekan keaslian barang, hingga penilaian harga,” jelas Samira.
Menariknya, Tinkerlust juga membantu dalam hal pemotretan produk agar tampak menarik, memasukkannya ke website, menyediakan customer service, serta melakukan pengiriman hingga barang sampai ke pembeli.
Chief Operating Officer (COO) Tinkerlust, Aliya Amitra menambahkan, setelah dua tahun beroperasi, kini Tinkerlust sudah memiliki ribuan penjual, ribuan branded items termasuk brand lokal, serta lebih dari 2000 merek fashion ternama mulai dari Zara hingga Hermes.
Baca juga: Terungkap, Jam dan Momen Paling Ramai Belanja Online
Dari sisi finasnsial, perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie mengatakan perilaku konsumtif dan senang berbelanja untuk dipakai sebentar mutlak ada dan didominasi kaum hawa. Bahkan tahun 2015 di Amerika Serikat sebuah riset menunjukkan perempuan hanya menggunakan 21 persen dari pembelanjaannya.
Agar kantong tidak jebol, menurut Prita, satu-satunya jalan keluar bagi perempuan adalah melakukan garage sale lewat platform untuk mendapatkan uangnya kembali.
“Meskipun tidak sepenuhnya balik, tapi paling tidak dari situ kita bisa mengumpulkan uang lagi. Pertama bisa untuk tambahan kita menabung dan investasi. Kedua, bisa untuk modal membeli barang baru,” jelasnya.