Seiring dengan tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) akan membebaskan nomenklatur program studi untuk pengembangan kompetensi industri 4.0, membangun ‘teaching factory’, melaksanakan perkuliahan online dan ‘distance learning’, serta mengundang Perguruan Tinggi Luar Negeri untuk membuka prodi yang mendukung industri 4.0.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, mengatakan jumlah perguruan tinggi yang besar tidak mencerminkan tingginya daya saing suatu bangsa. Di Indonesia meskipun jumlah perguruan tinggi mencapai 4000an, namun yang masuk top 500 dunia baru hanya tiga.
“Oleh karena itu masalah mutu menjadi utama, kualitas harus kita dorong. Dengan e-learning atau pembelajaran jarak jauh, satu dosen bisa memberikan kuliah bagi 1000 mahasiswa,” tutur Menristekdikti, mengutip siaran resmi (18/3).
Dalam kesempatan tersebut, Menristekdikti juga mengungkapkan bahwa Kemenristekdikti akan memberikan hibah dan bimbingan teknis untuk reorientasi ini bagi 400 perguruan tinggi. Untuk itu, PT diharapkan dapat mempersiapkan reorientasi kurikulum tersebut dan pembelajaran daring dalam bentuk hybrid/blended learning.
Dari sisi sumberdaya, pengembangan kapasitas dosen dan tutor dalam pembelajaran daring juga akan dilakukan. Selain itu akan dikembangkan pula infrastruktur MOCC (Massive Open Online Course), teaching industry dan e-library.
Kemenristekdikti juga akan memfasilitasi kemudahan konektivitas melalui Indonesian Research and Education Network (IdREN) untuk ‘online learning system’. Penguatan riset, pengembangan dan inovasi juga semakin ditingkatkan guna mendukung berbagai kebijakan tersebut.